Minggu, 23 November 2014

Jenis - Jenis Teknik Sampling




Jenis-jenis teknik pengambilan Sampel

1)  Teknik sampling secara probabilitas
Teknik sampling probabilitas atau random sampling merupakan teknik sampling yang dilakukan dengan memberikan peluang atau kesempatan kepada seluruh anggota populasi untuk menjadi  sampel. Dengan demikian sampel yang diperoleh diharapkan merupakan sampel yang representatif.

Teknik sampling semacam ini dapat dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut.
a) Teknik sampling secara rambang sederhana atau random sampling. Cara paling populer yang dipakai dalam proses penarikan sampel rambang sederhana adalah  dengan undian.

b) Teknik sampling secara sistematis (systematic sampling). Prosedur ini berupa penarikan sample dengan cara mengambil setiap kasus (nomor urut) yang kesekian dari daftar populasi.

c) Teknik sampling secara rambang proporsional (proporsional random sampling). Jika populasi terdiri dari subpopulasi-subpopulasi maka sample penelitian diambil dari setiap subpopulasi. Adapun cara peng-ambilannya  dapat dilakukan secara undian maupun sistematis.

d) Teknik sampling secara rambang bertingkat. Bila subpoplulasi-subpopulasi sifatnya bertingkat, cara pengambilan sampel sama seperti pada teknik sampling secara proportional.

e) Teknik sampling secara kluster (cluster sampling) Ada kalanya peneliti tidak tahu persis karakteristik populasi  yang ingin dijadikan subjek penelitian karena populasi tersebar di wilayah yang amat luas. Untuk itu peneliti hanya dapat menentukan sampel wilayah, berupa kelompok klaster yang ditentukan secara bertahap. Teknik pengambilan sample semacam ini disebut cluster sampling atau multi-stage sampling.



2) Teknik sampling secara nonprobabilitas.
Teknik sampling nonprobabilitas adalah teknik pengambilan sample yang ditemukan atau ditentukan sendiri oleh peneliti atau menurut pertimbangan pakar. Beberapa jenis atau cara penarikan sampel secara nonprobabilitas adalah sebagai berikut.

a) Purposive sampling   atau  judgmental sampling  Penarikan sampel secara purposif merupakan cara penarikan sample yang dilakukan memiih subjek berdasarkan kriteria spesifik yang dietapkan peneliti. 


b) Snow-ball sampling (penarikan sample secara bola salju).
Penarikan sample pola ini dilakukan dengan menentukan sample pertama. Sampel berikutnya ditentukan berdasarkan informasi dari sample pertama, sample ketiga ditentukan berdasarkan informasi dari sample kedua, dan seterusnya sehingga jumlah sample semakin besar, seolah-olah terjadi efek bola salju. 

c) Quota sampling (penarikan sample secara jatah). Teknik sampling ini dilakukan dengan atas dasar jumlah atau jatah yang telah ditentukan. Biasanya yang dijadikan sample penelitian adalah subjek yang mudah ditemui sehingga memudahkan pula proses pengumpulan data.

d) Accidental sampling  atau convenience sampling Dalam penelitian bisa saja terjadi diperolehnya sampel yang tidak direncanakan terlebih dahulu, melainkan secara kebetulan, yaitu unit atau subjek tersedia bagi peneliti saat pengumpulan data dilakukan. Proses diperolehnya sampel semacam ini disebut sebagai penarikan sampel secara kebetulan.

4. Penentuan Jumlah Sampel 

Bila jumlah populasi dipandang terlalu besar,  dengan maksud meng-hemat waktu, biaya, dan tenaga, penelitili tidak meneliti seluruh anggota populasi. Bila peneliti bermaksud meneliti sebagian dari populasi saja (sampel), pertanyaan yang selalu muncul adalah berapa jumlah sampel yang memenuhi syarat. Ada hukum statistika dalam menentukan jumlah sampel, yaitu semakin besar jumlah sampel semakin menggambarkan keadaan populasi (Sukardi, 2004 : 55).

Selain berdasarkan ketentuan di atas perlu pula penentuan jumlah sampel dikaji dari karakteristik populasi. Bila populasi bersifat  homogen maka tidak dituntut sampel yang jumlahnya besar. Misalnya saja dalam pemeriksaan golongan darah.  Walaupun pemakaian jumlah sampel yang besar sangat dianjurkan, dengan pertimbangan adanya berbagai keterbatasan pada peneliti, sehingga peneliti berusaha mengambil sampel minimal dengan syarat dan aturan statistika tetap terpenuhi sebagaimana dianjurkan oleh Isaac dan Michael (Sukardi, 2004 : 55). Dengan menggunakan rumus tertentu (lihat Sukardi, 2004 : 55-56), Isaac dan Michael memberikan hasil akhir jumlah sampel terhadap jumlah populasi antara 10 – 100.000.. 












BAB III
POPULASI, SAMPEL, DAN PENGUJIAN NORMALITAS
A.  Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.
B.   Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Sampel yang baik harus dapat mewakili keseluruhan populasi dan hasil penelitian dapat diterapkan keseluruh populasi.
C.   Teknik Sampling
Teknik sampling adalah teknik pengambilan sampel. Teknik sampling bisa dibagi dua yang terlihat pada gambar di bawah ini:



Gambar 3.1 Macam-Macam Teknik Sampling
  1. Probability Sampling
Teknik pengambilan sampel yang memberikan peluang yang sama bagi setiap unsur/anggota populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel.
               a.      Simple Random Sampling
Pengambilan anggota sampel dari populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada.  Dilakukan bila populasi dianggap homogen.
                b.      Proportionate Stratified Random Sampling
Bila populasi tidak homogen dan berstrata secara proporsional.
Contoh : Karakteristik pegawai suatu departemen :
S-1  = 45 , S-2 = 30, STM =  800, ST = 900, SMEA = 400, SD = 300
                 c.       Disproportionate Stratified Random Sampling
Digunakan bila populasi berstrata kurang proporsional
Contoh S3 = 3, S2 = 4, S-1 = 90, SMU 800, SMP = 700
Semua sample S-3 dan S-2 diambil semuanya
                  d.      Cluster sampling
Bila objek yang diteliti sangat luas, misal penduduk suatu negara, propinsi atau kabupaten
Caranya :
Sampel ditentukan bertahap dari wilayah negara sampai kabupaten, setelah terpilih sampel terkecil baru sampel dipilih secara acak
Contoh : Indonesia terdiri atas 33 propinsi, sampelnya akan diambil misalnya 15 propinsi secara acak.
Setiap propinsi berstrata tidak sama, ada yang padat ada yang tidak, ada hutannya banyak/tidak, ada yang barang tambangnya banyak atau tidak, dll
2. Nonprobability Samling
Teknik pengambilan sampel yang tidak memberi peluang/kesempatan sama bagi setiap unsur/anggota poulasi untuk dipilih menjadi sampel
               a.   Sampling Sistematis
Teknik pengambilan sampel berdasarkan urutan  yang telah diberi no urut
Misal : anggota populasi yang terdiri dari 100 orang, dan telah diberi no urut
Pengambilan sampelnya bisa  no ganjil saja atau genap saja atau kelipatan dari bilangan tertentu
                  b.   Sampling Kuota
Teknik untuk menentukan sampel dari populasi dengan ciri tertentu sampai jumlah (kuota) yang diinginkan.
Contoh : penelitian kepuasan layanan mau dilakukan terhadap 100 orang pembeli mobil avanza, maka selama belum tercapai 100 orang, , penelitian belum dianggap selesai
              c.    Sampling Insidental
Teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan/secara kebetulan bertemu dengan peneliti dan dipandang cocok.
              d.   Sampling Purposive
Teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu
Contoh : penelitian tentang kualitas makanan, maka sampelnya harus ahli makanan.
             e.   Sampling Jenuh (sensus)
Teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel. Sering digunakan jika populasinya kurang dari 30
             f.     Snowball Sampling
Teknik pengumpulan sampel, yang mula-mula jumlahnya kecil kemudian membesar
Contoh : meneliti provokator kerusuhan/jaringan teroris
  1. Contoh Menentukan Ukuran Sampel
Akan dilakukan penelitian untuk mengetahui tanggapan kelompok masyarakat terhadap pelayanan yang diberikan pemerintah daerah tertentu. Kelompok masyarakat itu terdiri 1000 orang, yang dapat dikelompokkan berdasarkan jenjang pendidikan, yaitu lulusan S1 = 50, Sarjana Muda = 300, SMK = 500, SMP = 100, SD = 50 (populasi berstrata).
Dengan menggunakan Tabel 3.1 bila jumlah pupulasi = 1000, kesalahan 5%, maka jumlah sampelnya = 258, karena populasinya berstrata, maka sampelnya juga berstrata. Stratanya ditentukan menurut jenjang pendidikan. Dengan demikian masing-masing sampel untuk tingkat pendidikan harus proporsional sesuai dengan pupulasi. Berdasarkan perhitungan dengan cara berikut ini jumlah sampel untuk kelompok S1 = 13, Sarjana Muda (SM) = 77, SMK = 129, SMP = 26, dan SD = 13.
S1            =  50/1000      ×    258                =  12,9  =  13
SM          =  300/1000    ×    258                =  77,4  =  77
SMK        =  500/1000    ×    258                =  129   =  129
SMP        =  100/1000    ×    258                =  25,8  =  26
SD           =  50/1000      ×    258                =  12,9              =  13
Jumlah                             258     =  258
Jadi jumlah sempelnya = 12,9 + 77,4 + 129 + 25,8 + 12,9 = 258. Jumlah yang pecahan bisa dibulatkan, sehingga jumlah sampel menjadi 13 + 77 + 129 + 26 + 13 = 258.
Pada perhitungan yang menghasilkan pecahan  (terdapat koma) sebaiknya dibulatkan ke atas sehingga jumlah sampelnya lebih 259. Hal ini lebih aman daripada kurang dari 258. Gambaran jumlah populasi dan sampel dapat ditunjukkan pada gambar 3.8 berikut:



Gambar 3.2
Sampel yang diambil dari populasi berstrata dengan kesalahan 5%
  1. Cara Menentukan Anggota Sampel
Untuk Probability sampling (peluang sama)/random sampling :
  1. Dengan bilangan random, komputer atau undian
    1. Bila dengan undian, harus diberi nomor
    2. Harus memiliki peluang yang sama (dipulihkan)
  1. Normalitas Data
a.Kurva Normal
1)  Asumsi data variabel  membentuk distribusi normal
2)  Bila data tidak normal, teknik statistik parametris tidak dapat digunakan untuk analisis
Suatu data  membentuk distribusi normal bila jumlah data di atas dan di bawah rata-rata adalah sama, demikian juga simpangan bakunya
Lihat gambar :
         





                                               
                                                                                                                                                           






                              2                    4                      6                    8                       10





                                               
                                                                                                                                                           













                2,27 %                     13,59 %                       34,13 %                     34,13 %      13,59 %         34,13 %















                                                1 S                1 S
                                               
                                    2 S                                   2 S
                                   
                        3 S                                                                           3 S
                       
Penjelasan

-          Secara teoritis, kurva tidak akan pernah menyentuh garis dasar, sehingga  luasnyapun tidak sampai 100 %, tetapi hanya mendekati (99,999 %)
-          Bentuk kurva sistematif :  luas rata-rata mean ke kiri dan ke kanan masing-masing mendekati 50 %, tetapi dalam prakteknya dinyatakan dalam 50 %
-          Disamping kurva normal umum, terdapat kurva normal standar, karena nilai rata-ratanya = 0, dan simpangan bakunya = 1,2,3,4 dst
Nilai Simpangan baku
Simbol nilai simpangan baku : z
Kurva normal umum dapat dirubah ke dalam kurva normal standar, dengan rumus :                                   _
Z          =  (xi  –  x  )
s
Dimana :
Z          =  simpangan baku untuk kurva normal standar
Xi          =  Data ke-I dari suatu kelompok data
_
X          =  Rata-rata kelompok
S          =  simpangan baku
Harga z ada kaitannya dengan  prosentase daerah kurva itu

    KURVA NORMAL   STANDAR
RATA-RATA 0, SIMPANGAN BAKU 1,2,3
                Prosentase Luas Kurva Normal





                                               
                                                                                                                                                           













2,27 %              13,59 %                   34,13 %        34,13 %         13,59 %          34,13 %















                                                1 S                1 S
                                               
                                    2 S                                   2 S
                                   
                        3 S                                                                           3 S



  1. Contoh Penggunaan Kurva normal
Terdapat 200 mahasiswa  yang ikut ujian mata kuliah statistik.  Nilai rata-ratanya adalah 6 dan simpangan bakunya adalah 2.  Berapa orang yang mendapat nilai 8 ke atas ?
Jawab  :
_
Rata-rata ( x)               = 6
S                      = 2
Maka
_
z           =  (xi  –  x  )      =   (8 – 6)         =  1 = 34,13 %
s                       2
Harga 1, menunjukkan prosentase jumlah mahasiswa yang mendapat nilai 6 – 8.
Dengan demikian prosentase yang mendapat nilai 8 ke atas adalah :
50 % – 34,13 %  =  15,87 %  =  15, 87 % x 200  =  31,74 orang
Dibulatkan  = 32 orang
Keterangan : 50 % adalah setengah kurva di atas mean (rata-rata)

  1. c.       Pengujian Normalitas Data

  • Statistik parametris didasarkan atas asumsi bahwa data setiap variabel dianalisis berdasakan distribusi normal.
  • Sebelum menggunakan teknik statistik parametris, maka kenormalan data harus diuji terlebih dahulu.
  • Bila data tidak normal, maka statistik parametris tidak dapat digunakan, sehingga digunakan statistik non parametris.
  • Penyebab ketidaknormalan data : kesalahan alat dan pengumpulan data.
  • Pengujian normalitas data menggunakan Chi Kuadrat (Χ2), dilakukan dengan cara membandingkan kurva normal yang terbentuk dari data yang telah terkumpul (B) dengan kurva normal baku/standar (A) atau (B : A)
  • Bila B tidak berbeda secara signifikan dengan A, maka B merupakan data yang berdistribusi normal.

            Rata-rata 0, Simpangan Baku, 1,2,3   





                                               
                                                                                                                                                           
                                                ?                      ?












                           ?                                                               ?
   ?                                                                                                            ?

Distribusi data yang akan diuji normalitasnya
Semua Data harus dikelompokkan menjadi  6 kelas, sesuai 6 bidang kurva normal
Contoh
Misalkan sebaran nilai statistik 150 mahasiswa adalah sebagai berikut :

 INTERVAL
 F 
13 – 2728 – 42
43 – 57
58 – 72
73 – 87
88 – 102
321
56
45
21
4


Langkah-langkah

  1. Menentukan jumlah kelas interval.  Jumlah kelas interval disesuaikan dengan jumlah bidang = 6
  2. Menentukan panjang kelas interval
Panjang kelas = (Data terbesar – Dat terkecil)
6
  1. Menyusun ke dalam tabel distribusi frekuensi, sekaligus tabel penolong untuk menguji harga chi kuadrat hitung
  2. Menghitung fh (frequensi yang diharapkan)
Prosentasi luas tiap bidang kurva x jumlah total data
  1. Menghitung total  (fo-fh)2
fh
  1. 6.   Membandingkan harga chi Kuadrat Hitung dengan Chi Kuadrat Tabel.  Jika Chi kuadrat hitung lbih kecil dari chi kuadrat Tabel, maka distribusi data dinyatakan normal, dan bila lebih bsar dinyatakan tidak normal

Tabel Penolong untuk pengujian Normalitas Data dengan Chi Kuadrat

 INTERVAL 

 Fo
 Fh = ( % x n) 
 Fo-fh 
 (fo-fh)2 
 (fo-fh)2fh

13 – 27
28 – 42
43 – 57
58 – 72
73 – 87
88 – 102
3
21
56
45
21
4
42051
51
20
4

-115
-6
1
0

1125
36
1
0

0,250,050,49
0,70
0,05
0

JUMLAH
150
 150
 0


1,55


Bandingkan Chi Kuadrat Hitung dengan Chi Kuadrat Tabel
Chi Kuadrat Hitung                   = 1,55
Chi Kuadrat Tabel dengan :
db = 6-1                                                : 5
tingkat kesalahan                     : 5 %
Adalah                                      :  11,070
Kesimpulan :
Jika Chi Kuadrat  Hitung < Chi Kuadrat Tabel, maka data dinyatakan normal, tapi
Jika Chi Kuadrat  Hitung > Chi Kuadrat Tabel, maka data dinyatakan tidak normal,
Hasil  :
Karena Chi Kuadrat  Hitung (1,55) < Chi Kuadrat Tabel (11,070), maka data dinyatakan normal,

Tidak ada komentar:

Posting Komentar